Potensi kekayaan pangan lokal Indonesia sungguh sangat besar, mengingat posisi Indonesia sebagai negara agraris. Meskipun produk pangan yang dihasilkan sangat banyak, inovasi teknologi terhadap produk pangan lokal masih cukup rendah. Hal tersebut berakibat dengan produk yang dihasilkan belum mampu menarik minat konsumen pangan di Indonesia. Oleh karena itu, inovasi teknologi terhadap produk pangan lokal mutlak harus dilakukan. Fakultas Peternakan dan Pertanian bersama dengan CEO Cimory, Ir. Bambang Sutantio mengadakan serangkaian kuliah umum
selama 3 (tiga) hari membahas mengenai hal tersebut. Pada hari pertama webinar memberikan materi mengenai industri hulu / upstream, hari yang kedua pada selasa kemarin, membahas mengenai teknologi pangan dan inovasi produk, sedangkan pada hari ketiga akan membahas mengenai agroindustri. Sebanyak lebih dari 200 peserta dari berbagai kalangan turut mengikuti acara webinar yang diadakan pada Selasa, 15 Februari 2022. Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Prof. Dr. Ir. Bambang Waluyo Hadi Eko Prasetiyono, M.S., M.Agr., IPU pun turut hadir memberikan opening speech.
“Dalam menghadapi revolusi indostri 4.0 ini kita harus melakukan sesuatu kreativitas, inovasi, terutama produk di bidang makanan. Karena banyak konflik yang dapat terjadi diakibatkan oleh pangan. Oleh karena itu inovasi harus terus dilakukan. Apalagi kita yang berada di Indonesia, dengan status kita yang mana adalah negara agraris, kaya akan bidang pangan. Oleh karena itu kita perguruan tinggi, bergandengan tangan dengan industri untuk bisa menemukan kreativitas dan inovasi di bidang pangan, sehingga kita bisa unggul dan mencapai Indonesia emas, ini yang terpenting”, ungkap Prof. Dr. Ir. Bambang Waluyo Hadi Eko Prasetiyono, M.S., M.Agr., IPU (15/02).
Materi yang disampaikan oleh Ir. Bambang Sutantio pun beraneka ragam, namun hal pokok yang disampaikan adalah pentingnya inovasi akan produk pangan, seperti produk susu yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk pangan, seperti yoghurt, keju dan lain sebagainya. “Food technology bisa dimulai dari modal yang sangat kecil, tentu jangkauan sirkulasi produksi akan masih terbatas home industry, namun hal tersebut bisa menjadi pijakan kita semua untuk lebih mengembangkan hal tersebut menjadi skala yang lebih besar” ungkap Ir. Bambang Sutantio (15/02).